Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar mengungkapkan kontribusi polusi udara di daerahnya. Faktor yang memberikan kontribusi terbesar polusi udara adalah kendaraan bermotor.
“Mohon maaf paling banyak (polusi udara) itu kendaraan bermotor, kemarin kita sudah mengkaji hampir 60% itu kendaraan motor,” ungkap dia, dikutip Selasa (19/9).
“Bayangkan kendaraan dengan kecepatan rendah atau berhenti dengan mesin hidup itu akan menimbulkan emisi yang luar biasa,” sambung Bang Zaki, panggilan akrabnya.
Sementara itu, ada sektor industri sekitar 32%. Penyebabnya adalah ada oknum yang bandel, contohnya cerobong pembuangan harusnya 6 tungku menjadi 4 tungku, hal itu mengakibatkan pembuangan udara tidak beroperasi maksimal.
“Pasang scrubber nggak bener, sisanya kegiatan masyarakat. Ditambah lagi musim kemarau tinggi, cuaca ini membantu proses polusi yang sangat tinggi sekali,” ucapnya.
Adapun pergerakan masyarakat dari daerah penyangga, seperti Tangerang yang masuk ke Jakarta tertinggi terjadi pada pagi, siang dan sore. Polusi udara yang terjadi di Jakarta juga dikontribusi dari desain kota itu sendirim
“Jakarta di desain semua melintas Jakarta, misal barang datang dari Lampung dari Merak mau ke Cikarang itu lewat Jakarta begitupun sebaliknya, pelabuhan di Tanjung Priok 24 jam, ini yang jadi kendala terkait dengan polusi. Ada bagusnya program IKN (Ibu Kota Nusantara) ini dipercepat,” serunya.
Menurutnya, solusi dalam mengatasi masalah ini dalam waktu dekat adalah mengurangi banyak kendaraan pribadi dan beralih ke kendaraan umum. Terkait kendaraan umum, di Tangerang sendiri baru akan dibangun jalur MRT, jadi masih belum bisa berkontribusi besar perihal tersebut.
“Pengurangan transportasi berbicara ganjil genap 24 jam, pembatasan kendaraan umum, seyogyanya memang pempus dan 3 provinsi cari solusi bersama pecahkan masalah ini, karena apa yang terjadi di Tangerang berdampak dengan apa yang terjadi di Jakarta,” kata Bupati Zaki.
Namun ada upaya lain, yakni menggalakkan restorasi dan rehabilitasi hutan mangrove di pesisir pantai kabupaten Tangerang. Ia menjelaskan, mangrove memiliki 4-5 kali lipat kemampuan menyerap karbondioksida daripada tumbuhan lain.
“Sekarang ini kita sudah punya beberapa spot untuk lahan konservasi mangrove demi mengurangi polusi udara,” tutup Bang Zaki.