Cuaca buruk ditandai curah hujan tak menentu sering tiba-tiba terjadi. Terakit hal itu, Kapolda Banten, Irjen Pol. Dr. Rudy Heriyanto Adi Nugoro, S.H., M.H. meninjau kesiapan personel gabungan penanggulangan bencana alam (PBA) Lebak di alun-alun Posko Pendopo Kabupaten Lebak, Rangkas Bitung, Jumat pagi (5/3/21).
“Saya minta, semua waspada dan jangan “under eatimate”, semua harus terintegrasi. Buang ego sektoral, terlebih dalam kondisi cuaca tak menentu seperti sekarang ini. Penanggulangan bencana alam adalah tanggung jawab kita bersama,” kata Kapolda Banten, Irjen Rudy di sela-sela inspeksi di Posko Penanggulangan Bencana Alam (PBA) Lebak.
Inspeksi ini, tegasnya, adalah untuk memastikan kesiagaan pasukan menghadapi kemungkinan bencana alam seperti banjir, longsor, dan genangan yang sering tak diuga-duga terjadi saat curah hujan tinggi.
Pasukan PBA Lebak tersebut berkekuatan 90 orang. Sebelum inspeksi tersebut, mereka sebenarnya telah siaga di Pokso masing-masing sejak awal Januari 2021. Mereka datang dari TNI/ Batalion Cakra, Pengendalian Massa (Dalmas) Polres Lebak, Satpol PP, Tagana, Dishub, PMI, dan Dinas Kesehatan Lebak.
Saat inspeksi, tampak di sekitar mereka sarana prasarana (sarpras) pendukung kesiagaan antara lain kendaraan meriam air, alat komunikasi (alkom), tenda lapangan, lampu sorot, senter, perahu karet, pelampung, helm, pemotong kayu, dan cangkul. Di bawah cuaca mendung, semua tak lepas dari inspeksi Irjen Rudy.
Rudy didampingi pejabat utama Polda Banten antara lain Dansatbrimob Polda Banten, Kombes Pol. Dwiyanto Nugroho, S.I.K., Kabid Humas Kombes Pol. Edy Sumardi, S.I.K., M.H. Direktur dan Intelkam Kombes Pol. Suhanda C. Selain itu juga Wakil Bupati Lebak H. Ade Sumardi, Kapolres Lebak, dan Ade Mulyana, dan Komandan Kodim 0603/ Lebak Letkol Nur Wahyudi, S.I.P.
“Mereka sewaktu-waktu siap dideploy ke daerah yang diperediksi rawan banjir, genangan, dan longsor. Tentu saja kita tidak berharap ada bencana. Ini kesiapan mengantisipasi sesuai arahan Kapolri dan kebijakan Kapolda,” kata Kabid Humas Kombes Edy.
Menurut Edy, lokasi-lokasi tersebut seperti di sekitaran Cipanas, Lebak Gedong, dan Sajira.
Rawan, Lebak dan Pandeglang
Pada pertengahan November 2020, Kepala BPBD Provinsi Banten, Nana Suryana kepada media mengatakan, Kabupaten Lebak dan Pandeglang menjadi daerah rawan terjadinya bencana alam.
“Lebak dan Pandeglang itu (rawan) longsor, banjir, gempa bumi, tsunami. Karena memang wilayah selatan masuk ring of fire,” kata Nana kepada wartawan (Kamis, (12/11/2020).
Nana menggambarkan, Banten Selatan memiliki kondisi geografi perbukitan, pegunungan dan terdapat lereng rawan terjadinya longsor akibat curah hujan tinggi. “Memang labil dan harus diwaspadai,” ujar Nana.
Berdasarkan prakiraan Badan Meteorologi Klimatologi dan Geofisika (BMKG) puncak hujan berpeluang Januari sampai Februari 2021 sehingga berpotensi terjadi bencana banjir dan tanah longsor. Seperti diketahui, ternyata hingga Maret ini cuaca mendung sampai hujan besar sering terjadi termasuk di wilayah selatan Banten.
Badan Penanggulangan Bencana Daerah Kabupaten Lebak, telah mengeluarkan peringatan agar masyarakat meningkatkan kewaspadaan bencana banjir dan tanah longsor.
“Peringatan kewaspadaan itu guna menghindari jatuh korban akibat bencana alam,” kata Plh. Kepala Pelaksana BPBD Kabupaten Lebak Febby Rizky Pratama di Lebak, Minggu (24/1/2021).
Selama ini, wilayah Kabupaten Lebak masuk daerah langganan banjir dan longsor jika cuaca buruk yang ditandai hujan lebat disertai angin kencang dan sambaran petir. Pengalaman banjir bandang dan tanah longsor awal 2020 di enam kecamatan di Kabupaten Lebak mengakibatkan sembilan korban jiwa dan ribuan warga mengungsi.
Selain itu juga puluhan infrastuktur dan ratusan rumah warga hilang dan rusak berat akibat bencana alam tersebut.
“Kami minta warga agar waspada jika curah hujan lebat dengan intensitas tinggi, terlebih malam hingga dinihari,” ujarnya menjelaskan.
Menurut Febby, saat ini daerah rawan bencana banjir di Kabupaten Lebak tersebar di 12 kecamatan dan tanah longsor di 16 kecamatan.
Masyarakat yang tinggal di daerah rawan bencana alam itu mencapai hingga ribuan kepala keluarga dengan tofografi perbukitan, pegunungan dan aliran sungai.
Untuk mengantisipsi bencana alam, warga sebaiknya mengungsi ke tempat yang lebih aman jika curah hujan meningkat.