JAKARTA-Dinas Kesehatan (Dinkes) Banten telah menerima vaksin Covid-19 dari pemerintah pusat. Distribusi vaksin tahap pertama tersebut langsung disimpan di Gudang Farmasi Labkesda Banten.
Kepala Dinkes Banten dr Ati Pramudji Hastuti mengungkapkan, pendistribusian vaksin tahap pertama dilakukan pemerintah pusat pada Minggu (3/1) ke 34 provinsi.
“Alhamdulillah vaksin untuk Banten mendapatkan 14.560 vial (tabung silinder terbuat dari kaca),” kata Ati saat dikonfirmasi wartawan, Minggu (3/1).
Ia melanjutkan, vaksin Covid tahap pertama diprioritaskan untuk tenaga kesehatan se-Banten yang akan digunakan mulai 22 Januari mendatang.
“Sebelum digunakan, vaksin disimpan di Gudang Farmasi Labkesda Banten. Di sana aman, karena ada ruangan khusus (cool room),” ujarnya.
Ati menambahkan, program vaksinasi gratis tahap pertama diberikan untuk 43 ribu tenaga kesehatan serentak pada 22 Januari. “Vaksinasi dilakukan di seluruh rumah sakit yang bekerja sama dengan BPJS Kesehatan. Sedangkan tahap kedua diberikan untuk 250 ribu orang yang akan diberikan kepada petugas pelayanan publik dan mereka yang menerima peserta BPJS,” urainya.
Terpisah, Ketua DPRD Banten Andra Soni menyambut baik proses distribusi vaksin covid-19 tahap pertama. Menurutnya, masyarakat Banten sudah menunggu sejak akhir Desember 2020 terkait kepastian program vaksinasi.
“Kita berharap awal tahun ini program vaksinasi berjalan efektif, yang diprioritaskan untuk tenaga kesehatan pada tahap pertama,” katanya.
Andra menambahkan, Pemprov Banten juga sudah mengalokasikan anggaran sekira Rp20 miliar untuk menyukseskan program vaksinasi gratis di delapan kabupaten/kota.
“Vaksin covid sudah mulai didistribusikan, tapi ini tidak berarti masyarakat Banten abai terhadap protokol kesehatan,” pungkasnya.
Kementerian Kesehatan optimis, selama 15 bulan akan sukses melakukan vaksinasi untuk 181,5 juta orang. Sejak kemarin (3/1) vaksin sudah didistribusikan melalui PT Bio Farma kepada dinas kesehatan dan fasilitas layanan kesehatan (fasyankes) di semua provinsi.
Pelaksanaan vaksinasi tinggai menunggu izin Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM). Juru Bicara Vaksin Covid-19 Kemenkes Siti Nadia Tarmidzi kemarin menyatakan bahwa dengan sumber daya manusia (SDM) dan fasilitas yang ada, maka pelaksanaan vaksinasi bisa berjalan selama 15 bulan.
Siti Nadia menegaskan vaksinasi Covid-19 tahap pertama akan dimulai pertengahan atau minggu kedua Januari 2021 dengan prioritas untuk tenaga kesehatan (nakes). “Kami rasanya cukup optimis bisa sesuai dengan jadwal atau penjajakan yang sudah disusun bahwa vaksinasi bisa dimulai minggu kedua atau ketiga Januari 2021,” lanjutnya.
Nadia mengaku optimis karena melihat perkembangan uji klinis di Turki dan Brazil yang menunjukkan hasil yang cukup baik. Selain itu, uji klinis yang dilakukan oleh Universitas Padjajaran juga berjalan positif. Sehingga ia yakin jadwal vaksinasi tidak akan molor.
Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin menyatakan vaksinasi Covid-19 akan dirampungkan dalam 15 bulan atau selesai pada Maret 2022 mendatang. Dengan target sebanyak 181,5 juta orang. Program vaksinasi nantinya akan dibagi menjadi dua periode.
Pertama yaitu dari Januari-April akan diberikan kepada 1,3 juta tenaga kesehatan di 34 provinsi dan 17,4 juta petugas publik. Kemudian, jika vaksin terbukti aman diberikan kepada kelompok lansia. Mereka juga akan menjadi kelompok prioritas. “Tahap selanjutnya adalah masyarakat lansia di atas 60 tahun yang jumlahnya sekitar 21,5 juta,” papar Budi.
Sedangkan, untuk periode vaksinasi kedua yaitu April-Maret, akan diberikan kepada masyarakat rentan atau masyarakat di daerah dengan risiko penyularan tinggi sebesar 63,9 juta orang. Terakhir, vaksin disuntikkan kepada masyarakat umum dengan pendekatan kluster sesuai dengan ketersediaan vaksin. Targetnya akan ada 77,4 juta orang yang menerima vaksin gratis tersebut. Budi menargetkan akan melakukan vaksinasi terhadap 67-70 persen penduduk atau sekitar 181 juta orang untuk memunculkan herd immunity atau kekebalan kelompok terhadap virus corona.
Untuk mencapai target herd immunity, pemerintah menyiapkan 426 juta dosis vaksin untuk 181 juta penduduk itu. Sesuai dengan standar Badan Kesehatan Dunia (WHO), setiap penduduk akan mengikuti dua kali penyuntikan atau dua dosis vaksin. “Kami menyiapkan buffer stock sebanyak 15 persen persen. Jadi total yang kita butuhkan sekitar 426 juta dosis vaksin,” katanya beberapa waktu lalu.
Apalagi sudah ada penandatanganan penyediaan vaksin yang dilakukan oleh AstraZenica yang dilakukan oleh Menteri Kesehatan Budi Gunadi Sadikin dan Menteri Luar Negeri Retno Marsudi. ”Kami punya faskes yang cukup,” katanya. Siti Nadia menambahkan, di daerah ada 13 ribu puskesmas, 2500 rumah sakit, dan 49 kantor kesehatan pelabuhan (KKP) yang akan menjadi fasyankes untuk melayani vaksinasi. Selain itu sudah ada 30 ribu vaksinator yang siap memberikan vaksin.
Di setiap fasilitas kesehatan, sudah disiapkan tempat penyimpanan vaksin. Vaksin tak bisa diletakkan di sembarang tempat. Sebab suhunya harus berkisar pada 2 hingga 8 derajat celcius. Indonesia sekarang memiliki 3 juta dosis vaksin. Itu terdiri dari vaksin Covid-19 tahap dua dari Sinovac sebanyak 1,8 juta dosis. Produk itu berbentuk kemasan vial dosis tunggal yang telah tiba di Indonesia pada Kamis (31/12) lalu. Sebelumnya, sudah datang vaksin dengan produsen yang sama sebanyak 1,2 juta dosis.
Saat ini seluruh vaksin tersebut, disimpan di tempat penyimpanan khusus di fasilitas penyimpanan Bio Farma dengan suhu yang tetap terjaga antara 2- 8 derajat celcius. Selain itu, serangkaian pengujian mutu yang dilakukan oleh Bio Farma sendiri dan Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM).
Meski sudah merasa siap, pemerintah masih menunggu izin penggunaan darurat atau emergency use authorization (EUA) BPOM. Hingga berita ini ditulis, belum ada pernyataan dari BPOM yang menyatakan perizinan EUA tersebut. Karena pentingnya proses vaksinasi, maka pemerintah mengikuti saran dari ITAGI, WHO, dan para ahli.
Pada tahap pertama ini, vaksin akan diberikan kepada tenaga kesehatan dan petugas publik. “Kita sangat berharap dengan adanya vaksin, maka tenaga kesehatan, khususnya, dapat segera pulang dan bertemu dengan keluarga mereka,” tambahnya. Dilibatkannya tenaga kesehatan dan petugas publik pada gelombang pertama menurutnya merupakan bentuk apresiasi atas dedikasinya selama ini.
Sementara itu dalam kesempatan yang sama, Juru Bicara Vaksin Covid-19 PT Bio Farma Bambang Herianto menuturkan bahwa sejak kemarin distribusi vaksin sudah dilakukan. ”Ini (vaksinasi, Red) bukan program pertama kali dilaksanakan di Indonesia,” tuturnya.
Dia menyatakan bahwa vaksin yang diterima masyarakat terjamin kualitasnya. Belakangan muncul informasi label vaksin Covid-19. Bambang menegaskan bahwa bahwa kemasan tersebut dipergunakan untuk keperluan uji klinik.
Lalu yang diberikan ke masyarakat nantinya berbeda. Selain itu banyak informasi yang salah yang diterima masyarakat.
Perbedaan yang dimaksud adalah, untuk uji klinik menggunakan kemasan pre-filled syringe (PFS). Artinya, kemasan dan jarum suntik berada dalam satu kemasan.
Sedangkan vaksin yang akan digunakan untuk program vaksinasi pemerintah dikemas dalam bentuk vial single dose dan tidak akan ada penandaan only for clinical trial. Ini karena telah memperoleh izin penggunaan.
Bambang juga mengklarifikasi hoaks terkait artikel vero cell yang beredar di masyarakat. Dia menegaskan bahwa Vaksin Covid-19 buatan Sinovac tidak mengandung vero cell atau sel vero. Sebab sel vero hanya digunakan sebagai media kultur untuk media kembang dan tumbuh virus yang digunakan sebagai bahan baku vaksin. ”Jika tidak mempergunakan media kultur, maka virus akan mati sehingga tidak dapat digunakan untuk pembuatan vaksin,” ucapnya.
Setelah mendapatkan jumlah virus yang cukup, maka akan dipisahkan dari media pertumbuhan. Sel vero ini tidak akan ikut terbawa dalam proses akhir pembuatan vaksin. “Dengan demikian, pada produk akhir vaksin, sudah dapat dipastikan tidak akan lagi mengandung sel vero tersebut,” tuturnya.
Lebih lanjut, vaksin Covid-19 buatan Sinovac yang akan digunakan mengandung virus yang sudah dimatikan atau inactivated virus. Dia menegaskan bahwa dalam vaksin tersebut tidak mengandung sama sekali virus hidup atau yang dilemahkan.
”Vaksin Covid-19 buatan Sinovac juga tidak mengandung bahan seperti boraks, formalin, merkuri, serta tidak mengandung pengawet,” ungkap Bambang. Dia meyakinkan bahwa vaksin yang akan digunakan di masyarakat telah melalui tahapan pengembangan dan serangkaian uji yang ketat. BPOM pun mengawasi dnegan pedoman standar internasional. Pengujian ini dilakukan dalam rangka menjaga kualitas dan keamanan produk vaksin agar terjamin dari mulai diproduksi sampai didistribusikan. (lyn)
The post Vaksin Covid Sudah Tiba di Banten, Pekan Kedua Vaksinasi Dimulai first appeared on Tangerang Ekspres.