SERANG-Rencana penyuntikan vaksin Covid-19 kepada warga, masih menjadi pro kontra. Ada yang percaya vaksin menjadi pembunuh virus Corona. Ada juga yang tidak percaya sama sekali. Hal ini terjadi karena, lemahnya komunikasi publik yang dibangun pemerintah.
Perdebatan soal pro kontra vaksin muncul dalam kegiatan Forum Diskusi Radar Banten Group di Studio 1 Banten TV, Graha Pena Radar Banten, Kota Serang, Senin (28/12). Narasumber yang dihadirkan dari Ikatan Dokter Indonesia (IDI) Banten, Ketua Pembina Forum Persaudaraan Umat Islam Banten dan Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Serang, Senin (28/12).
Ketua IDI Banten dr Budi Suhendar mengatakan, secara kelembagaan pihaknya tidak pernah menyangsikan vaksin. Bahan dari aspek kedokteran, IDI selalu mendorong semua pihak untuk memahami soal produk medis tersebut. “Pandangan dokter, vaksin adalah suatu cara ampuh untuk memutus penularan penyakit. Setuju dengan vaksinasi, kita dorong pelaksanaan proses vaksinasi,” ujarnya.
Dokter Forensik RSUD Drajat Prawiranegara, Serang itu menuturkan, untuk saat ini yang perlu dilakukan adalah bagaimana sosialisasi terkait program itu bisa berjalan dengan baik. Masyarakat harus diberi pemahaman akan pentingnya vaksinasi.
Menurutnya, komunikasi publik yang baik oleh pemerintah sangat perlu diperhatikan. Penyampaian yang baik akan membuat masyarakat paham betapa pentingnya program vaksinasi. Penyampaian yang humanis akan membuat masyarakat dengan sendirinya tertarik untuk mengikutinya.
“Dorongan kami adalah memberi pemahaman. Jangan berputar pada apa yang tidak memberikan solusi. Komunikasi semua pihak untuk memberikan pemahaman dan kenyamanan,” katanya.
Ia mengungkapkan, vaksin telah terbukti mampu membuat derajat kesehatan masyarakat naik. Budi memberi contoh, penyakit polio yang kasusnya bisa sangat diminimalisasi karena adanya vaksin. Sehingga diyakininya vaksin Covid-19 juga bisa menekan penyebaran virus Corona.
“Penyakit ini penyebarannya cepat dan berdampak destruktif baik individu, ekonomi, budaya, sosial dan keagamaan. Kita butuh suatu tindakan untuk melakukan pencegahan dan memutus mata rantai penularan,” ungkapnya.
Disinggung soal keamanan vaksin, Budi menyakini aman dipakai, jika telah melalui uji klinis. Selain itu juga saat ini vaksin yang dimiliki Indonesia sedang diuji oleh Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM). Lembaga tersebut menjadi satu-satunya otoritas yang berwenang menerbitkan izin edar produk medis dalam hal ini vaksin Covid-19. “Saya selaku orang yang berkecimpung di bidang ilmiah patut meyakini,” tuturnya.
Sementara itu, Ketua Pembina Forum Persaudaraan Umat Islam Banten Enting Ali Abdul Karim mengakui, jika dirinya adalah satu dari sekian banyak orang yang menolak untuk divaksin Covid-19. Hal itu muncul karena ketidakpercayaannya terhadap pemerintah. “Lebih kepada hilangnya trust (kepercayaan-red) masyarakat kepada pemerintah,” ujarnya.
Pimpinan Pondok Pesantren Al Islam, Kota Serang itu mengungkapkan, ketidakpercayaan itu timbul lantaran pemerintah dinilai sejak awal telah salah dalam penanganan pandemi Covid-19. Bahkan menurutnya alih-alih melakukan penanganan, pemerintah justru membuat kegaduhan. Ia mencontohkan, kebijakan larangan tarawih berjemaah di masjid, sementara tempat atau kegiatan lain yang mengundang kerumuman dibiarkan.
“Bahwa virus menyebabkan penyakit itu iya. Para ahli sudah berpikir pencegahannya. Cuma ustaz berpendapat bahwa penyakit diciptakan Allah, seharusnya kita semakin dekat dengan Allah bukan semakin jauh,” tegasnya.
Alasan lain yang mendasari penolakanya, lantaran hingga kini dia tidak pernah mendapatkan penjelasan utuh dari pemerintah terkait vaksin. Sebagai pemuka agama dia sangat memerhatikan betul kandungan apa yang terkandung dalam vaksin tersebut.
Jika terkandung bahan yang tidak halal, mengapa hal itu terjadi dan kenapa pemerintah ingin mengedarkannya.
“Kalau halal ya sepakat saja. Cenderung penanganan Covid ini dibungkus politik sehingga kepercayaan masyarakat berkurang. Komunikasinya juga enggak nyambung,” tuturnya.
Enting meminta, pemerintah untuk tidak membuat ketidakpercayaan masyarakat terus turun. Pemerintah harus hadir melindungi masyarakat dan bukan kepentingan. “Minta ke pemerintah penegakkan hukum terkait Covid jangan tajam ke lawan (oposisi-red) dan tumpul ke kawan. Itu menimbulkan distrust (ketidakpercayaan-red),” tuturnya.
Sekretaris Majelis Ulama Indonesia (MUI) Kota Serang Amas Tadjuddin menjelaskan, perdebatan soal vaksin bukan kali ini saja terjadi. Hal serupa juga timbul pada program vaksinasi meningitis kepada jemaah haji. Akan tetapi hal itu selesai setelah MUI mengeluarkan sertifikasi halal.
“Perdebatan yang tidak disertai dengan ilmunya, selalu akan muncul kecurigaan,” ujarnya.
Ia menegaskan, dalam kondisi darurat jika tidak ada atau belum ditemukan obat dengan kandungan halal, maka itu pengunaannya diperbolehkan. Kepentingannya saat ini telah terjadi situasi darurat yang membutuhkan penanganan cepat. “Kenapa mesti ribut soal vaksin,” ucapnya.
Sekretaris Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama Provinsi Banten itu juga tak sepakat jika ada anggapan Sinovac vaksin yang berasal dari Tiongkok dipastikan tidak halal. Pasalnya, tidak ada yang menjamin juga jika vaksin yang berasal dari negara lain itu halal. Bahkan dari negara mayoritas dihuni umat Islam seperti Arab Saudi.
“Soal halal haram biarkan lembaga (yang mengurus). Berdasarkan undang-undang terbaru, sertifikasi halal kini ada di Kementerian Agama,” tuturnya.
Amas juga menyoroti terkait survei yang menyebut banyak masyarakat di Banten yang menolak divaksin. Menurutnya, hal itu bisa saja terjadi lantaran mereka yang disurvei tidak paham soal vaksin. Secara naluri manusia akan menolak pada hal-hal yang belum mereka pahami.
“Kalau memang tidak tahu tentu mereka dengan ikhlas akan menerima penjelasan. Yang bahaya itu yang nyinyir, (yang berprinsip) yang datang dari sana pokoknya tolak dulu,” ungkapnya.
Meski demikian, ia juga memahami kekhawatiran masyarakat terhadap vaksin Covid-19 yang merupakan hal baru bagi mereka. Amas mengajak semua pihak untuk bersama memberikan penjelasan secara bijak. Menyampaikan informasi yang sudah terverifikasi.
“Bersama memberikan kejelasan, tidak semua masyarakat bisa verifikasi informasi. Komunikasi yang menyentuh qalbu bukan kekerasan verbal,” pungkasnya. (brp)
The post Vaksin Covid-19 Masih Pro Kontra, Tak Paham Vaksin Jangan Nyinyir first appeared on Tangerang Ekspres.