Penetapan empat ajudan oleh Presiden Prabowo dinilai tepat dan strategis. Selain merepresentasikan TNI dan Polri, sosok yang dipilih merupakan personel terbaik dari yang terbaik, best of the best.
Analis intelijen, pertahanan dan keamanan, Ngasiman Djoyonegoro mengapresiasi Presiden Prabowo yang mendahulukan aspek kapasitas dan kapabilitas dari sosok yang dipilih.
“Tugas ajudan itu, selain melaksanakan protokoler presiden, seperti mendampingi presiden pada saat acara kenegaraan dan acara resmi lainnya, juga menjamin pengamanan Presiden, khususnya dalam pengamanan fisik pasif, dan menjaga kerahasiaan dokumen-dokumen negara sesuai dengan klasifikasi. Ini tugas yang tidak main-main,” kata pria yang biasa dipanggil Simon ini.
Lima tahun ke depan, lingkungan strategis kita sangat tidak menentu. Kecanggihan Teknologi Informasi dan Komunikasi (TIK) mengilhami berbagai persenjataan baru yang dapat menargetkan objek spesifik, termasuk presiden. Demikian halnya, pengaruh peperangan yang terjadi antara Ukraina-Rusa, Israel-Palestina, China-US serta dinamika negara-negara Adidaya di Asia Pasifik semakin memberikan tekanan kepada Indonesia.
“Ini membutuhkan respon cepat terhadap berbagai bentuk ancaman terhadap Presiden, saya kira keempat ajudan tersebut mampu untuk mengantisipasinya,” kata Simon.
Satu per satu, Simon mengapresiasi keempat sosok ajudan tersebut. Kolonel Pnb Dr Anton Pallaguna memiliki pendidikan dan pengalaman penerbangan militer yang tidak sedikit. Berhasil mencegat dan memaksa mendarat pesawat asing yang melanggar wilayah udara nasional. Kolonel Anton tercatat melakukan penyelamatan terhadap alutsista pada 2014 silam.
“Saya kira pengalaman dan nasionalisme Kolonel Anton tak diragukan lagi. Pengalaman terhadap pola serangan di udara sangat bermanfaat ketika mendampingi presiden dalam berbagai kunjungan menggunakan pesawat udara,” kata Simon.
Selain sebagai pilot pesawat tempur yang sudah teruji dengan catatan ribuan jam terbang, menurut Simon, Kolonel Anton juga akademisi yang hasil penelitiannya sangat visioner.
“Terlebih rekam penerbangan yang berhasil dibukukan oleh Kolonel Anton sebanyak 2624.35 jam terbang untuk tipe rating pesawat AS 202 Bravo dan T 34 Charlie, dan temuan penelitiannya yang menguraikan strategi untuk skenario konflik di tahun 2030, semakin tepat presiden Prabowo memilih Kolonel Anton,” lanjutnya.
Lalu ada Kolonel Wahyo Yuniartoto. Pengalamannya cukup mumpuni sebagai Dangrup 2 Kopassus TNI AD untuk menangani berbagai bentuk ancaman terhadap presiden.
“Teknik peperangan head-to-head sangat dikuasai sehingga dapat diandalkan untuk mengawal Presiden dalam antisipasi ancaman langsung,” kata Simon.
Letkol (P) Romi Habe Putra, representasi dari TNI AL berpengalaman dalam menanggulangi illegal fishing dan berbagai ancaman di laut NKRI. “Laut kita sangat terbuka, Letkol Romi kenal betul dengan pola ancaman di lautan. Presiden memiliki perhatian terhadap sektor laut di masa mendatang, sehingga pengawalan Presiden ketika ada kegiatan di lautan porsinya juga ditingkatkan,” kata Simon.
Terakhir, Kombes Dr Ahrie Sonta mewakili Kepolisian Republik Indonesia. Kombes Ahrie memiliki pengalaman pendidikan berbagai negara.
“Pengalaman menangani berbagai tindak kejahatan menuntun Dr. Ahrie mengenal jaringan kejahatan nasional dan internasional sehingga antisipasi pengamanan Presiden dapat dilakukan secara lebih cepat,” kata Simon.
“Terlebih juga Kombes Dr Ahrie adalah sosok akademisi yang temuannya merupakan topik penting bagi Polri,” pungkas Simon.