Kabupaten Tangerang menjadi kawasan yang sering disebut sebagai miniatur Indonesia. Pasalnya, daerah tersebut memiliki keberagaman suku, agama dan budaya, sama seperti Indonesia. Meskipun hidup dalam perbedaan, masyarakat Kabupaten Tangerang bisa saling menjaga toleransi dalam kehidupan sosial.
Alasan hal itu melekat kepada kota penyangga ibu kota itu adalah karena Kabupaten Tangerang merupakan tujuan urbanisasi berbagai etnis serta agama yang ada di Indonesia. Kawasan yang memiliki luas 959,6 km2 itu dikenal sebagai daerah urban karena merupakan kawasan perlintasan orang yang diisi berbagai etnik, mulai dari Sunda, Betawi, Jawa dan Cina.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar memberikan contoh, yaitu ketika pelaksanaan Hari Keagamaan di Kabupaten Tangerang berlangsung dengan khidmat tanpa ada bentrokan antar umat beragama. Seperti saat merayakan Natal, sejumlah organisasi masyarakat Islam, yaitu Barisan Ansor Serbaguna (Banser) Kabupaten Tangerang membantu aparat keamanan menjaga peringatan tersebut.
Bahkan dalam membangun tempat beribadah, warga Kabupaten Tangerang saling bahu membahu dalam mengerjakannya. Hal itu seperti yang terjadi dalam pembangunan Pura Parahayangan Agung Buana Rasakti di Tigaraksa, banyak pihak dari umat lain yang ikut membantu.
Untuk itu, dalam menggambarkan kerukunan umat beragama di Kabupaten Tangerang telah dibangun Pilar Asoka setinggi lebih dari lima meter yang terletak di Kelenteng Tjo Soe Kong, Tanjung Kait, Kecamatan Mauk. Tugu tersebut diresmikan bertepatan dengan Hari Raya Waisak 2023 yang melambangkan kerukunan umat beragama terjalin dengan baik.
Di sisi lain keberagaman memiliki potensi menimbulkan konflik, akan tetapi ini juga menjadi potensi yang luar biasa. Namun karena perbedaan ini telah terbangun sejak ratusan tahun lalu di Kabupaten Tangerang, maka memiliki akar yang sangat kuat di masyarakat. Dengan toleransi yang tinggi, hal ini menciptakan kehidupan beragama dan bidang sosial budaya dari masing-masing etnis yang dapat tumbuh bersama.
Bang Zaki, sapaan akrabnya, mengatakan perbedaan membuat warga mereka saling menghargai dan menghormati. Salah satu bentuk keunikan masyarakat Tangerang adalah adanya pemukiman Cina (Benteng) yang hidup berdampingan dengan etnis lain, seperti Jawa, Sunda dan Betawi.
Ia pun membeberkan alasan kenapa banyak etnis berada di Kabupaten Tangerang. Untuk suku Sunda dari Bogor, lalu Jawa kebanyakan berasal dari pemukiman pesisir pantai, seperti Cirebon dan Indramayu, lalu Betawi berasal dari Jakarta.
“Kemudian ada Cina Benteng, di sini ada Sungai Cisadane yang melewati Bogor sampai hilirnya Kabupaten Tangerang, dulu ini adalah tempat pelabuhan orang Chinese yang tidak bisa masuk ke Batavia, akhirnya masuk ke pesisir pantai Kabupaten Tangerang dan menyusuri Sungai Cisadane, makanya banyak Kampung Pecinan di pinggir-pinggir sungai,” ungkapnya.
Bahkan keberagaman ini telah membuat terjadinya akulturasi kebudayaan seperti gambang kromong, cokek dan adanya perkawinan campuran antara Cina Benteng dengan masyarakat setempat, sehingga terjadi peranakan yang melahirkan sikap toleransi pada adat kebiasaan budaya masing-masing.
“Jadi di kita itu Vihara sudah banyak, dan orang lokal itu bahu-membahu membantu bikin Vihara, orang Cina juga bantu bikin masjid dan mushola. Jadi harmonisasi itu sudah ada sejak dahulu,” imbuh Bupati Zaki.
Selain itu, langkah untuk mewujudkan Tangerang Religius pun terus ditempuh Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Tangerang, salah satunya dengan menjalankan program unggulan Tangerang Religi. Langkah ini dilakukan untuk menciptakan daerah yang mencerminkan tumbuh kembang dari aspek keberagaman kehidupan beragama di Indonesia.
Sejumlah kegiatan yang dilakukan di antaranya memberikan insentif kepada guru ngaji dan pemulasaran jenazah atau petugas perawat jenazah yang bertujuan meningkatkan kapasitas lembaga keagamaan dan tokoh agama. Dengan cara itu, diharapkan mereka yang mendapat insentif termotivasi dan lebih maksimal memberikan pengetahuan maupun pelayanannya.
Bupati Tangerang Ahmed Zaki Iskandar menjelaskan bahwa target yang ditetapkan sesuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Daerah (RPJMD) 2023 untuk insentif guru ngaji adalah 17.810 orang. Angka tersebut pun telah memenuhi target sebelum masa kepemimpinannya berakhir.
“Alhamdulillah insentif Rp 1,5 juta untuk guru ngaji sudah tersalurkan semua, pendataan hingga 2021 tercatat insentif telah diterima 13.070 guru ngaji. Sementara pada 2023 ini sudah mulai disalurkan pada Juli lalu sebanyak 4.110 guru ngaji,” ungkapnya.
Sementara itu, untuk target akhir pemberian insentif petugas pemulasaran jenazah sebanyak 5.428 orang yang sudah mendapat insentif. “Kita juga memberikan insentif kepada para perawat jenazah yang alhamdulillah telah kita selesaikan juga programnya,” kata Bang Zaki, sapaan akrabnya.
Terkait hal itu, dirinya pun mendapat penghargaan dari Menteri Agama (Menag) Yaqut Cholil Qoumas karena dinilai berhasil dan peduli terhadap program-program Kemenag di Kabupaten Tangerang. Salah satunya Pemkab Tangerang mendukung sanitasi untuk pondok pesantren yang juga merupakan program Kemenag.
Untuk diketahui, Pemkab Tangerang turut berkomitmen meningkatkan ketersediaan sanitasi berbasis pondok pesantren (Sanitren). Saat ini pembangunan Sanitren hingga tahun 2023 telah mencapai target yang ditentukan, yakni 1.000 unit.
Detilnya hingga 2022 lalu, pihaknya telah memberikan bantuan kepada 300 pondok pesantren. Pada tahun ini telah diberikan bantuan hibah kepada 700 pondok pesantren yang artinya secara keseluruhan program telah mencapai target.
“Penghargaan tersebut merupakan milik seluruh masyarakat Kabupaten Tangerang, khususnya dalam bidang keagamaan yang terus mendukung program-program yang kami jalankan. Harapannya, ini dapat meningkatkan kesadaran pondok pesantren terhadap kebersihan,” tuturnya.
Capaian lain yang berhasil ditorehkan adalah menjadi juara umum Musabaqah Tilawatil Qur’an (MTQ) ke-20 tingkat Provinsi Banten. Perolehan nilai yang diraih adalah 275 poin, mengalahkan Kota Tangerang Selatan pada peringkat kedua dengan 240 poin dan Kabupaten Pandeglang dengan 208 poin di posisi ketiga.
“Penghargaan ini merupakan kali kedua Kabupaten Tangerang menyabet gelaran tersebut. Kita mengharapkan raihan ini meningkatkan kepedulian kita dan dapat berperan aktif untuk mewujudkan nilai Al-Qur’an dalam kehidupan sehari-hari,” jelas dia.
Pihaknya juga melakukan lomba MTQ tingkat kabupaten yang diharapkan mampu membentuk generasi yang condong kepada jalan yang lurus menurut syariat Islam. Ini juga menjadi momentum sekaligus media yang melahirkan generasi muda Qur’ani.