Kabarbanten.com – Kualitas air di aliran Sungai Cisadane, Tangerang mengalami pencemaran. Hal tersebut lantaran banyaknya sampah plastik yang ditimbulkan dari kegiatan industri dan rumah tangga di sepanjang sungai tersebut.
Aktifis lingkungan dari Bank sampah sungai Cisadane (Banksasuci), Ade Yunus, menerangkan kalau kondisi baku mutu air di sepanjang aliran sungai dalam kondisi tercemar. Terutama diakibatkan pencemaran dari sampah – sampah plastik.
“Kategori (pencemaran sungai Cisadane) berat. Relatif setiap bulan dari waste trap yang kami pasang memperoleh 2 sampai 3 ton sampah dari aliran sungai Cisadane,” ungkap Founder Banksasuci, Ade Yunus, Senin, (6/6/2022).
Berdasarkan data yang ia miliki, pada dua bulan terakhir tahun 2021 dan awal Januari 2022 kemarin, volume sampah yang terperangkap di waste trapnya mengalami peningkatan dari 2,4 ton pada November 2021 menjadi 3,5 ton pada Desember 2021.
“Untuk Januari 2022 nya masih diangka 3 ton lebih. Dengan sumbangan terbesar dari kantung plastik, sachet kemasan, botol plastik PET, Styrofoam dan jenis – jenis sampah plastik lain. Kalau sudah mengandung mikro plastik, itu sudah kategori berat,” bebernya.
Tak hanya itu, sampah mikro plastik primer juga cukup menghawatirkan, pasalnya limbah itu berasal dari produksi langsung untuk produk tertentu, yang dipakai manusia seperti sabun, deterjen, kosmetik, dan pakaian.
“Serta mikro plastik sekunder yang berasal dari penguraian sampah plastik di lautan. Kedua jenis mikroplastik ini dapat bertahan di lingkungan dalam waktu yang lama. Bila sampah plastik yang mengalir di sungai menuju lautan, menurut beberapa penelitian menyatakan bahwa pada tahun 2050 kemungkinan ada lebih banyak plastik daripada ikan di lautan berdasarkan pada beratnya,” ucap Ade.
Selain berdampak buruk terhadap lingkungan, kandung mikro plastik di aliran sungai Cisadane kata Ade, juga sangat berbahaya bagi manusia.
“Karena penggunaan zat aditif kimia selama proses produksi plastik, plastik pastinya memiliki efek berbahaya yang dapat terbukti dengan menjadi karsinogenik atau mempromosikan gangguan endokrin. Untuk itu, perlu perhatian lebih besar terhadap aturan pengurangan sampah plastik,” jelas Ade. (KEY)