Kabarbanten.com
  • Home
  • Tangerang
  • Banten
  • Nasional
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
  • Home
  • Tangerang
  • Banten
  • Nasional
  • Indeks Berita
No Result
View All Result
Kabarbanten.com
No Result
View All Result
Home Banten

Pemda Dianggap Manjakan Mal, Ekonomi Kerakyatan Terpukul Efek Penutupan Tempat Wisata

kabarbanten.com
19 Mei 2021
Pemda Dianggap Manjakan Mal, Ekonomi Kerakyatan Terpukul Efek Penutupan Tempat Wisata
Keramaian di salah satu mal di Kota Tangerang beberapa waktu lalu. FOTO: Dok. Tangerang Ekspres

TIGARAKSA-Gubernur Banten membuat instruksi agar semua tempat wisata di Banten ditutup. Karena berpotensi menjadi klaster baru Covid-19. Penyebabanya di tempat wisata sulit mencegah kerumunan. Sementara tempat umum yang juga sering terjadi kerumunan, pusat perbelanjaan atau mal, tidak ditutup.

Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang Adib Miftahudin menilai pemerintah daerah (pemda) dinilai tidak adil terhadap ekonomi kerakyatan yakni usaha kecil menengah (UKM). Menurutnya, di tempat wisata inilah menjadi pusat ekonomi kerakyatan. Khususnya di Tangerang. Banyak pedagang yang menggantungkan hidupnya dari berjualan di tempat wisata.

Ia menuturkan, terjadi sikap kontradiktif pemerintah tentang kebijakan penanganan Covid-19 di masa Lebaran. Yakni, dengan adanya pelarangan mudik, tapi tempat wisata boleh buka. Di mana, pada praktiknya terjadi kerumunan di lokasi wisata yang membuat pemerintah menutup hingga 30 Mei. Namun, penutupan tempat wisata tidak terjadi di pusat perbelanjaan yang menurut Adib juga menimbulkan kerumunan.

“Sudah banyak contoh, yang terakhir mudik dilarang, wisata dibuka yang berimbas kerumunan. Akhirnya tempat wisata ditutup. Tetapi ternyata pusat perbelanjaan atau mal masih dibuka. Saya melihat ketika pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang pada intinya membatasi penularan Covid-19 karena ada kerumunan, saya kira atas nama PPKM mal harusnya ditutup. Tetapi mungkin pertimbangan pemerintah berbeda. Ini yang saya kira kontradiktif,” paparnya ketika diwawancarai Tangerang Ekspres, Selasa (18/5).

Menurutnya, sikap pemda menutup tempat wisata ada sisi ketidakadilan yang dirasakan penggiat ekonomi kerakyatan, di sisi lain. Ia menuding, pemerintah menganakemaskan mal atau pusat perbelanjaan. Sebab, pemerintah percaya pengelola mal memiliki infrastruktur yang bisa mengontrol protokol kesehatan (prokes).

“Tetapi dari realitas yang ada saya tidak yakin bahwa seluruh mal bisa dipercaya soal itu (prokes -red). Kerumunan tetap terjadi. Tengoklah mal di Tangerang, apakah mereka mentaati prokes, misalnya standar kapasitas maksimal 50 persen, saya kira tidak. Kalau pengunjung dicek suhu tubuh, iya. Tetapi di sisi lain pemenuhan pengunjung, saya kira melebihi (kapasitas -red),” sebutnya.

Ia mengatakan, pemerintah perlu menilik jauh akan sumber daya manusia yang dimiliki mal. Sehingga, kata dia, sikap pemerintah menutup tempat wisata menciderai keadilan pelaku ekonomi kerakyatan.

“Mal dibuka, wisata ditutup. Saya kira pemerintah yang tidak mampu mengerahkan infrastruktur sumber daya manusia, atas nama untuk menjaga prokes. Memang kenapa, kalau wisata dibuka tetapi prokes juga dijaga. Mereka kan (pengelola wisata -red) punya sumber daya manusia untuk menjaga prokes. Ternyata, memang pemerintah tidak mampu untuk itu,” katanya.

Ia menilai, masalah akan penerapan prokes di lokasi wisata sederhana, apabila sebelumnya pemerintah getol melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pengelola wisata. Menurutnya, karena tidak adanya proses sosialisasi dan edukasi prokes di lokasi wisata membuat masyarakat pengelola tidak mempunyai literasi yang cukup tentang penerapan prokes.

“Ketika ketegasan dilakukan petugas di area wisata saya kira tidak akan berjubel. Kerumunan terjadi karena petugas tidak tegas, pengunjung dibiarkan berjubel dan akhirnya wisata ditutup. Jangan mengandalkan infrastruktur mandiri yang dimiliki masyarakat (pengelola wisata -red). Kalau mal, iya kita tahu yang punya konglomerat tingkat tinggi dan sudah lengkap sumber daya manusianya. Tetapi negara harus hadir dong, pada mereka pelaku usaha kecil di wisata,” sebutnya.

“Sederhana saya kira, kalau wisata di Banten betul ekonomi kerakyatan. Karena itu, saya sebut pemerintah daerah terlihat lebih menganakemaskan mal karena tidak perlu capek-capek, mal punya sisi sumber daya manusia, soal keamanan dan sebagainya secara mandiri. Tetapi, soal wisata di Banten dan khususnya Tangerang memang ekonomi kerakyatan. Bahwa mereka ada yang jualan, ada yang jadi tukang parkir dan sebagainya,” imbuhnya.

Ia menilai, langkah pemerintah daerah dengan imbauan kepada warga tentang prokes di lokasi wisata kurang efektif. “Biasanya, pemerintah daerah spesialis hanya mengimbau, biar keliatan kerja saja. Kan tidak bisa seperti itu. Coba, misalnya, di tempat wisata ada petugas dari unsur kelurahan, kecamatan, dinas perhubungan, polisi dan TNI berpatroli di sana atau menjaga tempat wisata, kapasitas 50 persen diterapkan dan tetap dibuka. Saya kira akan berbeda,” paparnya.

Menurutnya, masalah implementasi peraturan di lapangan tentang protokol kesehatan kurang berjalan efektif. Sebab, sebelumnya tidak dibarengi dengan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat pengelola wisata. “Hanya mengimbau, yang ada polisi menjaga lalu lintas, dishub ikut membantu. Kan tidak bisa seperti itu. Kalau petugas ada di satu lokasi, dijaga petugas dari berbagai unsur diterapkan protokol kesehatan, ini baru namanya bagaimana membantu ekonomi kerakyatan. Ketika mereka (pengelola wisata -red) tidak menjaga secara utuh. Tiba-tiba saja ditutup berarti negara maunya menang sendiri. Kalau penanganan Covid-19 hanya mengandalkan dari kesadaran warga saya kira tidak bisa. Maka, diperlukan sebuah regulasi dan implementasi tegas di lapangan itu salah satu kuncinya,” pungkasnya.

Sementara, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tangerang Hendra Tarmidzi mengatakan, latarbelakang pemerintah mengizinkan mal beroperasi dikarenakan secara infrastruktur sudah siap melaksanakan protokol kesehatan. “Untuk di mal jumlah pengunjung masih bisa dikendalikan. Sedangkan, di tempat wisata tidak bisa dikendalikan,” ujarnya.

Penutupan tempat wisata di Kota Tangsel tidak terlalu berdampak geliat ekonomi. Diakui Walikota Tangsel Benyamin Davnie, sektor pariwisata menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan perekonomian di daerah.

“Tempat wisata memang salah satu poin untuk menumbuhkan ekonomi. Tapi, di luar itu masih ada instrumen lainnya,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Selasa (18/5).

Pek Ben menambahkan, destinasi wisata Kota Tangsel tidak mengkhawatirkan. Maka destinasi wisata yang ditutup hanya wisata air. “Kebetulan Tangsel kan wisatanya tidak termasuk wisata yang dikhawatirkan oleh banyak pihak termasuk pak gubernur,” tambahnya.

Masih menurutnya, belum lama ini pihaknya telah melakukan penutupan tempat tempat wisata air. “Kenapa wisata air kita tutup karena, pengunjung tentu tidak pakai masker,” jelasnya.

Pak Ben menjelaskan, Senin kemarin telah mengikuti zoom meeting bersama Presiden Joko Widodo. Dalam zoom meeting tersebut, dibahas soal perkembangan Covid-19 pasca mudik Lebaran Idul Fitri.

“Kemarin arahan Presiden intinya daerah harus mencermati betul perkembangan Covid terutama pasca mudik Lebaran,” ungkapnya.

Mantan birokrat Pemkab Tangerang ini menuturkan, selain harus mencermati perkembangan Covid-19 di daerah-daerah, Jokowi juga meminta kepada daerah-daerah agar melakukan aktivitas untuk meningkatkan perekonomian masing-masing.

“Presiden juga minta daerah melakukan berbagai aktivitas untuk menghidupkan kembali roda ekonomi,” ungkapnya.

Termasuk yang awalnya pertumbuhannya 0,36 persen, presiden meminta di kuartal kedua tahun 2021 ini dan Indonesia harus tumbuh sampai 7 persen. “Jadi kita harus melakukan berbagai macam intervensi APBD terhadap ekonomi,” tutupnya. (sep/bud)

ADVERTISEMENT
Keramaian di salah satu mal di Kota Tangerang beberapa waktu lalu. FOTO: Dok. Tangerang Ekspres

TIGARAKSA-Gubernur Banten membuat instruksi agar semua tempat wisata di Banten ditutup. Karena berpotensi menjadi klaster baru Covid-19. Penyebabanya di tempat wisata sulit mencegah kerumunan. Sementara tempat umum yang juga sering terjadi kerumunan, pusat perbelanjaan atau mal, tidak ditutup.

Pengamat Kebijakan Publik dari Universitas Islam Syekh Yusuf (UNIS) Tangerang Adib Miftahudin menilai pemerintah daerah (pemda) dinilai tidak adil terhadap ekonomi kerakyatan yakni usaha kecil menengah (UKM). Menurutnya, di tempat wisata inilah menjadi pusat ekonomi kerakyatan. Khususnya di Tangerang. Banyak pedagang yang menggantungkan hidupnya dari berjualan di tempat wisata.

Ia menuturkan, terjadi sikap kontradiktif pemerintah tentang kebijakan penanganan Covid-19 di masa Lebaran. Yakni, dengan adanya pelarangan mudik, tapi tempat wisata boleh buka. Di mana, pada praktiknya terjadi kerumunan di lokasi wisata yang membuat pemerintah menutup hingga 30 Mei. Namun, penutupan tempat wisata tidak terjadi di pusat perbelanjaan yang menurut Adib juga menimbulkan kerumunan.

“Sudah banyak contoh, yang terakhir mudik dilarang, wisata dibuka yang berimbas kerumunan. Akhirnya tempat wisata ditutup. Tetapi ternyata pusat perbelanjaan atau mal masih dibuka. Saya melihat ketika pemerintah menerapkan pemberlakuan pembatasan kegiatan masyarakat (PPKM) yang pada intinya membatasi penularan Covid-19 karena ada kerumunan, saya kira atas nama PPKM mal harusnya ditutup. Tetapi mungkin pertimbangan pemerintah berbeda. Ini yang saya kira kontradiktif,” paparnya ketika diwawancarai Tangerang Ekspres, Selasa (18/5).

Menurutnya, sikap pemda menutup tempat wisata ada sisi ketidakadilan yang dirasakan penggiat ekonomi kerakyatan, di sisi lain. Ia menuding, pemerintah menganakemaskan mal atau pusat perbelanjaan. Sebab, pemerintah percaya pengelola mal memiliki infrastruktur yang bisa mengontrol protokol kesehatan (prokes).

“Tetapi dari realitas yang ada saya tidak yakin bahwa seluruh mal bisa dipercaya soal itu (prokes -red). Kerumunan tetap terjadi. Tengoklah mal di Tangerang, apakah mereka mentaati prokes, misalnya standar kapasitas maksimal 50 persen, saya kira tidak. Kalau pengunjung dicek suhu tubuh, iya. Tetapi di sisi lain pemenuhan pengunjung, saya kira melebihi (kapasitas -red),” sebutnya.

Ia mengatakan, pemerintah perlu menilik jauh akan sumber daya manusia yang dimiliki mal. Sehingga, kata dia, sikap pemerintah menutup tempat wisata menciderai keadilan pelaku ekonomi kerakyatan.

“Mal dibuka, wisata ditutup. Saya kira pemerintah yang tidak mampu mengerahkan infrastruktur sumber daya manusia, atas nama untuk menjaga prokes. Memang kenapa, kalau wisata dibuka tetapi prokes juga dijaga. Mereka kan (pengelola wisata -red) punya sumber daya manusia untuk menjaga prokes. Ternyata, memang pemerintah tidak mampu untuk itu,” katanya.

Ia menilai, masalah akan penerapan prokes di lokasi wisata sederhana, apabila sebelumnya pemerintah getol melakukan sosialisasi dan edukasi kepada pengelola wisata. Menurutnya, karena tidak adanya proses sosialisasi dan edukasi prokes di lokasi wisata membuat masyarakat pengelola tidak mempunyai literasi yang cukup tentang penerapan prokes.

“Ketika ketegasan dilakukan petugas di area wisata saya kira tidak akan berjubel. Kerumunan terjadi karena petugas tidak tegas, pengunjung dibiarkan berjubel dan akhirnya wisata ditutup. Jangan mengandalkan infrastruktur mandiri yang dimiliki masyarakat (pengelola wisata -red). Kalau mal, iya kita tahu yang punya konglomerat tingkat tinggi dan sudah lengkap sumber daya manusianya. Tetapi negara harus hadir dong, pada mereka pelaku usaha kecil di wisata,” sebutnya.

“Sederhana saya kira, kalau wisata di Banten betul ekonomi kerakyatan. Karena itu, saya sebut pemerintah daerah terlihat lebih menganakemaskan mal karena tidak perlu capek-capek, mal punya sisi sumber daya manusia, soal keamanan dan sebagainya secara mandiri. Tetapi, soal wisata di Banten dan khususnya Tangerang memang ekonomi kerakyatan. Bahwa mereka ada yang jualan, ada yang jadi tukang parkir dan sebagainya,” imbuhnya.

Ia menilai, langkah pemerintah daerah dengan imbauan kepada warga tentang prokes di lokasi wisata kurang efektif. “Biasanya, pemerintah daerah spesialis hanya mengimbau, biar keliatan kerja saja. Kan tidak bisa seperti itu. Coba, misalnya, di tempat wisata ada petugas dari unsur kelurahan, kecamatan, dinas perhubungan, polisi dan TNI berpatroli di sana atau menjaga tempat wisata, kapasitas 50 persen diterapkan dan tetap dibuka. Saya kira akan berbeda,” paparnya.

Menurutnya, masalah implementasi peraturan di lapangan tentang protokol kesehatan kurang berjalan efektif. Sebab, sebelumnya tidak dibarengi dengan sosialisasi dan edukasi kepada masyarakat pengelola wisata. “Hanya mengimbau, yang ada polisi menjaga lalu lintas, dishub ikut membantu. Kan tidak bisa seperti itu. Kalau petugas ada di satu lokasi, dijaga petugas dari berbagai unsur diterapkan protokol kesehatan, ini baru namanya bagaimana membantu ekonomi kerakyatan. Ketika mereka (pengelola wisata -red) tidak menjaga secara utuh. Tiba-tiba saja ditutup berarti negara maunya menang sendiri. Kalau penanganan Covid-19 hanya mengandalkan dari kesadaran warga saya kira tidak bisa. Maka, diperlukan sebuah regulasi dan implementasi tegas di lapangan itu salah satu kuncinya,” pungkasnya.

Sementara, Juru Bicara Satgas Penanganan Covid-19 Kabupaten Tangerang Hendra Tarmidzi mengatakan, latarbelakang pemerintah mengizinkan mal beroperasi dikarenakan secara infrastruktur sudah siap melaksanakan protokol kesehatan. “Untuk di mal jumlah pengunjung masih bisa dikendalikan. Sedangkan, di tempat wisata tidak bisa dikendalikan,” ujarnya.

Penutupan tempat wisata di Kota Tangsel tidak terlalu berdampak geliat ekonomi. Diakui Walikota Tangsel Benyamin Davnie, sektor pariwisata menjadi salah satu faktor dalam meningkatkan perekonomian di daerah.

“Tempat wisata memang salah satu poin untuk menumbuhkan ekonomi. Tapi, di luar itu masih ada instrumen lainnya,” ujarnya kepada Tangerang Ekspres, Selasa (18/5).

Pek Ben menambahkan, destinasi wisata Kota Tangsel tidak mengkhawatirkan. Maka destinasi wisata yang ditutup hanya wisata air. “Kebetulan Tangsel kan wisatanya tidak termasuk wisata yang dikhawatirkan oleh banyak pihak termasuk pak gubernur,” tambahnya.

Masih menurutnya, belum lama ini pihaknya telah melakukan penutupan tempat tempat wisata air. “Kenapa wisata air kita tutup karena, pengunjung tentu tidak pakai masker,” jelasnya.

Pak Ben menjelaskan, Senin kemarin telah mengikuti zoom meeting bersama Presiden Joko Widodo. Dalam zoom meeting tersebut, dibahas soal perkembangan Covid-19 pasca mudik Lebaran Idul Fitri.

“Kemarin arahan Presiden intinya daerah harus mencermati betul perkembangan Covid terutama pasca mudik Lebaran,” ungkapnya.

Mantan birokrat Pemkab Tangerang ini menuturkan, selain harus mencermati perkembangan Covid-19 di daerah-daerah, Jokowi juga meminta kepada daerah-daerah agar melakukan aktivitas untuk meningkatkan perekonomian masing-masing.

“Presiden juga minta daerah melakukan berbagai aktivitas untuk menghidupkan kembali roda ekonomi,” ungkapnya.

Termasuk yang awalnya pertumbuhannya 0,36 persen, presiden meminta di kuartal kedua tahun 2021 ini dan Indonesia harus tumbuh sampai 7 persen. “Jadi kita harus melakukan berbagai macam intervensi APBD terhadap ekonomi,” tutupnya. (sep/bud)

Tags: BantenProvinsi Banten
Share4Tweet2SendShare
Previous Post

Tiba di Kepulauan Riau, Presiden Jokowi Akan Tinjau Vaksinasi Massal dan Beri Pengarahan Penanganan Pandemi

Next Post

Tiba di Kepri, Presiden Jokowi Tinjau Vaksinasi Massal dan Beri Pengarahan Penanganan Pandemi

Related Posts

Banyak yang Keliru, Ini Bedanya Notaris dan PPAT supaya Urusan Legal Tepat Sasaran
Banten

Banyak yang Keliru, Ini Bedanya Notaris dan PPAT supaya Urusan Legal Tepat Sasaran

kabarbanten.com
12 Agustus 2025
Sinergi AMPI-Golkar Banten: Dorong Pemberdayaan Pemuda
Banten

Sinergi AMPI-Golkar Banten: Dorong Pemberdayaan Pemuda

Kabar Banten
8 Agustus 2025
Banten

Prakiraan Cuaca Banten Kamis, 17 Juli 2025

kabarbanten.com
17 Juli 2025
Ratusan Siswa MTsN 5 Ikuti Pelatihan Menulis Praktis dan Menyenangkan yang Digelar JMSI Banten
Banten

Ratusan Siswa MTsN 5 Ikuti Pelatihan Menulis Praktis dan Menyenangkan yang Digelar JMSI Banten

Kabar Banten
16 Juli 2025
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Banten

Prakiraan Cuaca Banten, Rabu 16 Juli 2025

kabarbanten.com
16 Juli 2025
BMKG: Waspadai Potensi Cuaca Ekstrem Sepekan ke Depan
Banten

Prakiraan Cuaca Banten Senin, 14 Juli 2025

kabarbanten.com
14 Juli 2025

Tinggalkan Balasan Batalkan balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *


  • Trending
  • Comments
  • Latest
Daftar Nama 29 Kecamatan di Kabupaten Tangerang

Daftar Nama 29 Kecamatan di Kabupaten Tangerang

4 Februari 2025
Bupati Tangerang Berkomitmen Tegakkan Perda Kawasan Tanpa Rokok

Bupati Tangerang Berkomitmen Tegakkan Perda Kawasan Tanpa Rokok

29 September 2025
Arnovi Maju di Muskot KADIN Tangsel 2025

Arnovi Maju di Muskot KADIN Tangsel 2025

9 Oktober 2025
Electrolux Buka Showroom and Service Center di Gading Serpong

Electrolux Buka Showroom and Service Center di Gading Serpong

6 April 2022
Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan: Santri Adalah Aset Penting untuk Bangsa

Wakil Wali Kota Tangsel Pilar Saga Ichsan: Santri Adalah Aset Penting untuk Bangsa

22 Oktober 2025
KMA 1543 Tahun 2025 Terbit, BLU UIN Jakarta Resmi Kelola Satuan Pendidikan di Bawah Yayasan Triguna Utama, Syarif Hidayatullah, dan Ketilang Insan Mandiri

KMA 1543 Tahun 2025 Terbit, BLU UIN Jakarta Resmi Kelola Satuan Pendidikan di Bawah Yayasan Triguna Utama, Syarif Hidayatullah, dan Ketilang Insan Mandiri

22 Oktober 2025
Wabup Intan: Pameran Nusacraft Lifestyle Jadi Wadah Kolaborasi dan Inovasi UMKM

Wabup Intan: Pameran Nusacraft Lifestyle Jadi Wadah Kolaborasi dan Inovasi UMKM

22 Oktober 2025
Sekda Kabupaten Tangerang Tekankan 4 Percepatan Program Kesehatan Prioritas

Sekda Kabupaten Tangerang Tekankan 4 Percepatan Program Kesehatan Prioritas

22 Oktober 2025
Facebook Twitter Instagram TikTok
Kabarbanten.com

Disclaimer | Kode Etik | Privacy Policy |

Tentang Kami | Pedoman Media Siber 

 Contact

© 2020-2024 Kabarbanten.com. All Rights Reserved

No Result
View All Result
  • Home
  • Tangerang
  • Banten
  • Nasional
  • Indeks Berita

© 2020-2024 Kabarbanten.com. All Rights Reserved