Dalam rangka memperkuat komitmen dan kontribusi akademik terhadap pelestarian ekosistem hutan pegunungan tropis di Indonesia, Fakultas Sains dan Teknologi (FST) UIN Syarif Hidayatullah Jakarta resmi menjalin kerja sama dengan Balai Besar Taman Nasional Gunung Gede Pangrango (TNGGP).
Kerja sama tersebut meliputi bidang riset, pendidikan dan konservasi sumber daya alam. Penandatanganan kerja sama dilakukan langsung di kawasan TNGGP, Cianjur, Jawa Barat, Jumat 7 November 2025.
Kerja sama ini mencakup berbagai kegiatan strategis, seperti kolaborasi penelitian biodiversitas, pengembangan teknologi konservasi, pemantauan satwa liar, serta pemberdayaan masyarakat sekitar kawasan taman nasional.
Selain itu, FST UIN Jakarta juga berkomitmen untuk mendukung kegiatan pendidikan lapangan dan program magang mahasiswa di area konservasi guna meningkatkan kompetensi praktis di bidang ekologi, lingkungan dan konservasi hayati.
Dekan FST UIN Jakarta, Prof Husni Teja Sukmana, menegaskan bahwa kerja sama ini merupakan bentuk nyata sinergi antara dunia akademik dan lembaga pengelola konservasi dalam mewujudkan keberlanjutan ekosistem alam.
“Melalui kerja sama ini, kami ingin mendorong riset yang aplikatif dan berdampak langsung terhadap upaya pelestarian keanekaragaman hayati. Mahasiswa juga dapat belajar langsung di lapangan tentang pentingnya menjaga keseimbangan ekosistem dan keberlanjutan lingkungan sebagai bekal profesional di bidang sains dan konservasi,” ujarnya.
Sebagai informasi, Balai Besar TNGGP merupakan lembaga pengelola kawasan konservasi alam yang didirikan pada 1980 di Provinsi Jawa Barat, dengan luas kawasan mencapai 24.270,80 hektar. Wilayahnya mencakup tiga kabupaten dan meliputi dua puncak gunung terkenal, yaitu Gunung Gede dan Gunung Pangrango.
Kawasan ini berperan penting sebagai hulu empat daerah aliran sungai (DAS) besar, yaitu Citarum, Cimandiri, Cisadane dan Ciliwung, yang memasok air bagi lebih dari 30 juta penduduk di Jakarta dan Jawa Barat.
Selain fungsi ekologisnya, TNGGP juga berperan sebagai pusat konservasi keanekaragaman hayati, wadah penelitian ilmiah, dan sarana pendidikan lingkungan.
Kawasan ini memiliki kekayaan flora dan fauna endemik Jawa, termasuk berbagai jenis tumbuhan hutan hujan tropis, serta menjadi habitat penting bagi satwa langka seperti Elang Jawa (Spizaetus bartelsi), Owa Jawa (Hylobates moloch), Macan Tutul Jawa dan Kijang. Sejak 1977, kawasan ini juga telah ditetapkan sebagai Cagar Biosfer Dunia oleh UNESCO.














